Banyak Memfoto Menyebabkan Anda Pelupa. Penelitian Ini Membuktikannya!
Senin, 09 September 2019
Edit
Kebanyakan orang mengambil banyak gambar pada suatu konser atau dikala berkunjung ke daerah wisata alasannya ialah mereka ingin mengingat even tersebut di masa yang akan datang. Ide ini masuk akal, tetapi yang terjadi ialah memfoto semua detail acara dapat menciptakan Anda gagal mengingat kembali even tersebut, alih-alih membantu.
Merekam atau mengambil foto dikala ada konser sudah saya lakukan bertahun-tahun. Sangat dipahami dikala orang ingin mengatakan gambar betapa bersahabat dirinya dengan panggung pada teman-teman di Facebook, atau merekam lagu favoritnya yang sedang dinyanyikan. Tetapi bila itu dilakukan sepanjang konser, orang itu sungguh bermasalah, Jujur saja, apa yang akan dilakukannya dengan 1000 foto kualitas tanggung grup musik yang tampil di konser yang diambil dengan ponsel Anda? Hampir niscaya tidak ada. Anda tidak akan menonton konser itu lagi di ponsel Anda nanti. Anda tidak akan menciptakan album foto atau bahkan satu galeri Facebook dengan semua gambar tersebut. Mari berterus terang, bahkan bila Anda melakukannya, kemungkinan tak satu pun sobat Anda yang akan melihat seluruh gambar tersebut. Yang Anda butuhkan ialah satu gambar saja, semua foto lainnya diambil hanya untuk menciptakan jengkel orang yang bangkit di belakang Anda dikala konser.
Linda Henkel, seorang profesor psikologi dari Fairfield University Connecticut meneliti bagaimana mengambil foto mempengaruhi memori kita. Penelitiannya secara khusus meyelidiki berapa banyak yang dapat orang ingat dari suatu kunjungan ke museum baik dikala mereka memfotonya atau tidak. Mannish Zomoradi menuliskan perihal penelitian Henkel di buku barunya "Bored and Brilliant: How Spacing Out Can Unlock Your Most Productive and Creative Self” yang baru-baru ini dikutip di situs web TED.
Di lain sisi, orang yang memfoto setiap acara mereka akan lebih sedikit mengingat daripada mereka yang tidak melakuannya. Orang yang jarang mengambil foto malah dapat mengingat lebih terperinci perihal potongan-potongan bencana daripada yang terus-terusan memfoto.
"Ketika memfoto sesuatu, Anda menggantungkan diri pada kamera supaya benda itu yang mengingat untuk Anda," kata Henkel. "Pada dasarnya Anda berkata, 'Oke, ke depannya saya tidak butuh lagi untuk mengingat-ingat. Karena kamera menangkap pengalamannya.' Anda tidak terlibat dalam klarifikasi terperinci atau proses emosional yang sungguh akan membantu Anda mengingat banyak sekali pengalaman tersebut alasannya ialah Anda telah mendelegasikannya pada kamera."
Intinya, kamera itukah yang menangkap momennya, bukan otak Anda.
Daripada mengambil foto segala sesuatu, lebih baik Anda melakukannya tanpa membawa kamera. Tentu saja Anda tetap dapat memfoto satu atau dua kali untuk dibagikan di media umum atau ditunjukkan pada keluarga, tapi selanjutnya kamera itu tidak usah dikeluarkan.
Zomoradi juga menyarankan untuk melaksanakan "detoksifikasi foto", yakni hidup selama 24 jam tanpa memfoto apapun. Jika Anda menginginkan yang lebih, hindari juga menyukai wadah berkumpulnya foto ibarat Facebook dan Instagram selama 24 jam.
Setidaknya, pengalaman tersebut dapat membantu cara Anda bereksperimentasi dengan dunia di sekitar Anda dan membantu Anda menyingkapkan hal-hal yang terlewatkan dari dunia yang dilihat dari balik lensa kamera saja.
dilansir dari: lifehacker.com
dierjemahkan dari Bahasa Inggris oleh: Kurniawan Sugi Purwanto